Jumat, 07 Oktober 2011

who surgical ceklist

Pendahuluan
Program operasi yang aman menyelamatkan hidup (Safe Surgery Saves Lives) dimulai oleh WHO patient safety sebagai bagian dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang bertujuan untuk mengurangi kematian akibat pembedahan di dunia. Tujuan dari program ini untuk mengendalikan komitmen politik dan kemauan klinik untuk mengangkat isu keselamatan yang penting, yaitu praktek anestesi yang tidak aman, pencegahan infeksi pembedahan dan komunikasi yang rendah antar anggota tim. Hal ini telah dibuktikan sebagai hal yang umum, mematikan dan masalah yang dapat dicegah pada berbagi negara dan setting.

Untuk membantu tim operasi dalam mengurangi jumlah kejadian, WHO patient safety-berkonsultasi dengan ahli bedah, anestesi, perawat, ahli patient safety dan pasien di seluruh dunia-telah mengidentifikasi 10 hal dasar untuk pembedahan yang aman. Hal ini telah dikumpulkan dalam WHO Surgical Safety checklist. Tujuan dari checklist ini untuk mendukung praktek keselamatan dan membantu komunikasi dan teamwork yang lebih baik antara profesi yang berbeda. Checklist ini bertujuan sebagai alat untuk digunakan oleh para klinisi untuk meningkatkan keamanan dari operasi dan mengurangi kematian akibat pembedahan yang tidak perlu dan komplikasi pembedahan. Hal ini telah digunakan dan ditunjukkan serta berhubungan dengan pengurangan yang signifikan dalam komplikasi dan tingkat kematian di berbagai RS dan settings, dan dengan peningkatan pemenuhan standar perawataan.

Bagaimana menggunakan manual ini

Dalam manual ini, tim operasi harus memahami ahli bedah, anestesist, perawat, teknisi dan personel operasi yang lain yang terlibat dalam pembedahan. Seperti halnya pilot harus mengetahui kru darat, personel penerbangan, dan pengontrol lalulintas udara untuk keamanan dan penerbangan yang sukses, ahli bedah penting namun tidak terpisah sebagai anggota tim yang bertanggungjawab terhadap perawatan pasien. Semua anggota dari tim operasi berperan untuk memastikan keselamatan dan keberhasilan operasi.

Manual ini menyediakan petunjuk penggunaan checklist, saran untuk implementasi, dan rekomendasi untuk mengukur pelayanan pembedahan dan hasilnya. Setting praktek yang berbeda harus mengadapatasi sesuai dengan kemampuan mereka. Tiap poin checklist sudah berdasarkan bukti kliinis atau pendapat ahli dimana yang akan mengurangi kejadian yang serius, mencegah kesalahan pembedahan, dan hal ini juga mempengaruhi kejadian yang tidak diharapkan atau biaya tidak terduga. Checklist ini juga dirancang untuk kemudahan dan keringkasan. Banyak langkah yang sudah diterima sebagai praktek yang rutin di berbagai fasilitas di seluruh dunia walaupun jarang diikuti oleh keseluruhan. Tiap bagian bedah harus praktek dengan checklist dan mengevaluasi bagaimana kesensitivan integrasi checklist ini dengan alur operasi yang biasanya.

Tujuan utama dari WHO surgical safety checklist-dan manualnya-untuk membantu mendukung bahwa tim secara konsisten mengikuti beberapa langkah keselamatan yang kritis dan meminimalkan hal yang umum dan risiko yang membahayakan dan dapat dihindari dari pasien bedah. Checklist ini juga memandu interaksi verbal antar tim sebagai arti konfirmasi bahwa standar perawatan yang tepat dipastikan untuk setiap pasien.

Bagaimana menjalankan checklist ini (dengan jelas)

Untuk mengimplementasikan checklist selama pembedahan, seorang harus bertanggungjawab untuk melakukan pengecekan checklist. Hal ini diperlukan seorang checklist koordinator biasanya perawat sirkuler tapi dapat berarti setiap klinisi yang berpartisipasi dalam operasi.

Checklist membedakan operasi menjadi 3 fase dimana berhubungan dengan waktu tertentu seperti pada prosedur normal-periode sebelum induksi anestesi, setelah induksi dan sebelum insisi pembedahan dan periode selama atau setelah penutupan luka tapi sebelum pasien masuk RR. Dalam setiap fase, ceklist koordinator harus diijinkan mengkonfirmasi bahwa tim sudah melengkapi tugasnya sebelum proses operasi dilakukan. Tim operasi harus familiar dengan langkah dalam ceklist, sehingga mereka dapat mengintegrasikan ceklist tersebut dalam pola normal sehari-hari dan dapat melengkapi secara verbal tanpa intervensi dari koordinator ceklist. Setiap tim harus menggabungkan penggunaan ceklist ke dalaam pekerjaan dengan efisiensi yang maksimum dan gangguan yang minimal selama bertujuan untuk melengkapi langkah secara efektif.

Setiap langkah harus dicek secara verbal dengan anggota tim yang sesuai untuk memastikan bahwa tindakan utama telah dilakukan. Oleh karena itu, sebelum induksi anstesi, koordinator ceklist secara verbal akan mereview dengan anstesist dan pasien (jika mungkin) bahwa identitas pasien sudah dikonfirmasi, bahwa prosedur dan tempat yang dioperasi sudah benar dan persetujuan untuk pembedahan sudah dilakukan. Koordinator akan melihat dan mengkonfirmasi secara verbal bahwa tempat operasi sudah ditandai (jika mungkin) dan mereview dengan anstesist risiko kehilangan darah pada pasien, kesulitan jalan napas dan reaksi alergi dan mesin anstesi serta pemeriksaan medis sudah lengkap. Idealnya ahli bedah akan hadir pada fase sebelum anestesi ini sehingga mempunyai ide yang jelas untuk mengantisipasi kehilangan darah, alergi, atau komplikasi pasien yang lain. Bagaimanapun juga, kehadiran ahli bedah tidak begitu penting untuk melengkapi ceklist ini.

Sebelum insisi kulit, setiap anggota tim akan memperkenalkan diri, nama dan peran dalam operasi. Jika sudah selalu bersama dalam operasi tim dapat mengkonfirmasi bahwa sudah saling mengenal satu sama lain. Tim akan mengatakan dengan keras akan menunjukkan operasi yang benar dengan psien yang benar dan tempat operasi yang benar dan direview oleh satu sama lain, menggunakan ceklist sebagai pedoman. Mereka juga akan mengkonfirmasi bahwa antibiotik profiilaksis sudah diberikan 60 menits sebelumnya dan gambaran yang penting juga diberikan dengan benar.

Sebelum meninggalkan kamar operasi, tim akan mereview operasi yang sudah dilakukan, kelengkapan kassa dan alat dan pemberian label spesimen yang sudah didapatkan. Dalam hal ini juga mereview apakah ada instrumen yang tidak berfungsi atau isu yang perlu diperhatikan. Akhirnya, tim akan mendiskusikan rencana utama dan memperhatikan manajemen postoperatif dan recovery sebelum memindahkan pasien ke RR.

Mempunyai seorang koordinator ceklist penting dalam proses keberhasilan ceklist ini. Dalam setting yang lebih komplek dari kamar operasi, setiap langkah mungkin perlu perhatian lebih selama masa pre-operasi, intraoperatif dan persiapan postoperasi. Dengan menunjuk satu orang sebagai koordinator ceklist untuk mengkonfirmasi kelengkapan ceklist dapat memastikan langkah dalam ceklist tidak ada yang terlewati untuk melewati fase berikutnya dalam operasi. Sampai anggota tim familiar dengan langkah yang dilakukan, koordinator ceklist akan berperan seperti pembimbing tim untuk memahami proses ini.

Kemungkinan kerugian dari satu orang sebagai koordinator ceklist adalah akan terjadi perlawanan hubungan dengan anggota tim yang lain. Koordinator ceklist dapat dan harus mencegah tim untuk melangkah ke fase berikutnya sampai langkah-langkah sudah dilengkapi, tapi dengan melakukan hal ini dapat menyebabkan anggota lain tidak senang atau terluka. Oleh karena itu, RS harus secara hati-hati mempertimbangkan anggota staff yang cocok untuk peran ini. Seperti yang telah disebutkan, untuk beberapa institusi hal ini adalah perawat sirkuler, naamun setiap klinisi dapat berperan sebagai koordinator ceklist.

Bagaimana menjalankan checklist (detail)

SEBELUM INDUKSI ANESTESI
Cek keselamatan ini penting untuk dilengkapi sebelum induksi anestesi dalam rangka untuk keselamatan. Dalam hal ini membutuhkan kehadiran dari setidaknya anestesist dan perawat. Koordinator ceklist mungkin melengkapi bagian ini dalam satu waktu atau terpisah, tergantung pada alur persiapan untuk anestesi. Detail dari setiap langkah adalah sebagai berikut:
Apakah pasien sudah dikonfirmasi identitasnya, tempat operasi, prosedur dan persetujuan?
Koordinator ceklist secara verbal menkonfirmasi identitas pasien, tipe prosedur yang akan dilaksanakan, tempat pembedahan, dan persetujuan pembedahan yang sudah dibberikan. Walau hal ini terlihat berulangkali, namun langkah ini penting untuk memastikan tim tidak mengoperasi pasien yang salah atau bagian yang salah atau melakukan prosedur yang salah. Saat konfirmasi dengan pasien tidak mungkin dilakukan seperti pada kasus anak atau pasien yang cacat, pengasuh atau keluarga dapat menggantikan peran pasien. Jika pengasuh atau keluarga tidak ada dapat dilewati, seperti halnya dalam gawat darurat, tim harus memahami alasan dan persetujuan yang perlu diproses.
Apakah tempat operasi sudah ditandai?
Koordinator ceklist harus mengkonfirmasi bahwa ahli bedah yang melakukan operasi sudah menandai tempat yang akan dibedah (dengan marker yang permanen) pada kasus yang melibatkan bagian tubuh samping (kanan-kiri) atau struktur yang banyak atau bertingkat (contoh: bagian jari, jari kaki, lesi kulit, tulang belakang). Penandaan tempat operasi untuk struktur menengah (contoh:tiroid), atau struktur tunggal (contoh:spleen) harus mengikuti praktek yang biasa dilakukan. Pemberian tanda tempat yang dioperasi pada semua kasus, bagaimanapun juga, dapat menyediakan salinan cek dari tempat dan prosedur yang tepat.
Apakah mesin anestesi dan pemeriksaan medis sudah lengkap?
Koordinator ceklist melengkapi langkap ini dengan menanyakan kepada anestesist untuk memverifikasi kelengkapan dari ceklist keselamatan anestesi, memahami inspeksi formal dari peralatan anestesi, sirkuit pernafasan, medikasi, dan resiko anestesi pasien sebelum pembedahan. Untuk membantu mengingat, sebagai tambahan apakah pasien fit untuk pembedahan tersebut, tim anestesi harus melengkapi ABCDE’s-pemeriksaan dari perlengkapan Airway, Breathing sistem (meliputi oksigen dan agen inhalasinya), suCtion, Drugs and Devices (obat dan alat) dan Emergency medication (medikasi emergensi), peralatan dan bantuan untuk mengkonfirmasi ketersediaan dan berfungsi dengan baik.
Apakah pulse oximeter sudah dipasang pada pasien dan berfungsi?
Koordinator ceklist mengkonfirmasi bahwa pulse oximeter sudah dipasang pada pasien dan berfungsi dengan baik sebelum induksi anestesi. Idealnya indikator pulse oximeter dapat terlihat oleh semua tim operasi. Sistem suara harusnya digunakan untuk memberikan tanda pada tim tentang denyut nadi dan saturasi oksigen. Pulse oxymeter sudah direkomandasikan sebagai komponen yang dibutuhkan untuk anestesi yang aman oleh WHO. Jika pulse oxymeter tidak berfungsi, maka ahli bedah dan anestesist harus mengevaluasi ketajaman pada kondisi pasien dan mempertimbangkan penundaan operasi hingga langkah yang lengkap dipenuhi untuk keselamatan. Dalam keadaan yang urgen untuk menyelamatkan nyawa maka hal ini dapat dilewati, namun pada kondisi ini tim harus melakukan dengan persetujuan tentang kebutuhan untuk melakukan operasi.
Apakah pasien memiliki alergi?
Koordinator ceklist harus langsung menanyakan ini dan dua pertanyaan selanjutnya kepada anestesist. Pertama, koordinator harus bertanya apakah pasien memiliki alergi yang diketahui dan jika ada, alergi terhadap apa. Jika koordinator mengetahui alergi di pasien yang tidak diperhatikan oleh anestesist, maka koordintaor harus mengkomunikasikan kepada anestesist.
Apakah pasien memiliki risiko kesulitan jalan nafas/risiko aspirasi?
Koordinator ceklist harus secara verbal mengkonfirmasi bahwa tim anestesi ssudah secara objektif mengkaji apakah paien memiliki kesulitan jalan nafas. Ada beberapa jalan untuk menilai airway (seperti Mallampati skor, jarak thyromental, atau Bellhous-Dore skor). Evaluasi yang objektif untuk jalan nafas dengan metode yang valid lebih penting daripada pilihan metode itu sendiri. Kematian dari jalan nafas selama anestesi adalah bencana yang global namun dapat dicegah dengan rencana yang tepat. Jika evaluasi jalan nafas menunjukkan resiko tinggi untuk kesulitan jalan nafas (seperti skor Mallampati 3 atau 4), tim anestesi harus mempersiapkan melawan kebuntuan jalan nafas. Dalaam hal ini termasuk penggunaan pendekatan anetesi yang minimum (contoh menggunakan RA jika mungkin) dan memiliki peralatan gawat darurat yang cukup. Asisten yang kapabel-apakah dengan asisten dua, ahli bedah atau anggota tim perawat-harus hadir secara fisik untuk membantu induksi anestesi.

Resiko aspirasi juga harus dievaluasi sebagai bagian dari pengkajian airway. Jika pasien memiliki gejala refluks aktif atau perut yang penuh, maka anestesist harus mempersiapkan kemungkinan aspirasi. Resiko ini dapat dikurangi dengan memodifikasi rencana anestesi sebagai contoh dengan induksi cepat dan meminta bantuan asisten untuk menekan cricoid selama induksi. Untuk pasien yang dikenali memiliki kesulitan jalan nafas atau dalam resiko untuk aspirasi, induksi anestesi harus dimulai saat anestesist sudah mengkonfirmasi bahwa dia telah memiliki peralatan yang adekuat dan adanya asisten di sampingnya.
Apakah pasien memiliki resiko kehilangan darah >500 ml (7 ml/kg pada anak)?
Pada langkah keselamatan ini, koordinator ceklist menanyakan pada tim anestesi apakah pasien memiliki resiko kehilangan darah lebih dari setengah liter darah selama operasi untuk meyakinkan dan mengenali serta mempersiapkan untuk kejadian kritis. Kehilangan volume darah yang besar adalah bahaya yang paling umum dan berbahaya untuk pasien bedah dengan risiko syok hipovolemik yang mungkin terjadi saat darah hilang melebihi 500 ml (7 ml/kg pada anak). Persiapan yang adekuat dan resusiatasi mungkin untuk pertimbangan persiapan.

Ahli bedah mungkin tidak secara konsisten mengkomunikasikan risiko dari kehilangan darah kepada anestesist dan staff perawat. Oleh karena itu, jika anestesist tidak mengetahui bagaimana risiko utama dari kehilangan darah untuk kasus operasi, maka dia harus berdiskusi dengan ahli bedah tentang risiko kehilangan darah sebelum operasi dimulai. Jika terdapat resiko yang yang signifikan untuk kehilangan darah lebih dari 500 ml direkomendasikan dua jalur intravena atau dua jalur CVC. Sebagai tambahan, tim harus mengkonfirmasi ketersediaan dari cairan atau darah untuk resusitasi. (catatan tentang kehilangan darah yang akan terjadi akan direview lagi oleh ahli bedah sebelum insisi. Hal ini akan menyediakan cek kedua untuk keselamatan untuk anestesi dan staff perawat).

Jika poin ini sudah dilengkapi maka fase ini sudah lengkap dan tim dapat melakukan proses induksi anstesi

Sebelum insisi kulit
Sebelum membuat insisi bedah yang pertama, perlu dilakukan pengecekan bahwa cek keselamataan yang penting sudah dilakukan. Cek ini akan dilakukan oleh semua anggota tim.
Pastikan semua anggota tim memperkenalkan diri dengan nama dan perannya
Tim operasi mungkin sering berubah, Efektif manajemen dari situasi yang berisiko tinggi membutuhkan pengertian siapa anggota tim operasi dan peran serta kemampuan mereka. Sebuah perkenalan yang simpel seperti menyuruh semua orang di ruang untuk memperkenalkan diri dengan nama dan perannya. Tim yang sudah familiar dengan satu sama lain dapat mengkonfirmasi bahwa sudah diperkenalkan semua namun anggota baru atau staff baru harus memperkenalkan diri termasuk siswa atau personel lain.
Konfirmasi nama pasien, prosedur dan dimana insisi akan dilakukan
Koordinator ceklist atau anggota tim yang lain akan menyuruh setiap orang di kamar operasi untuk berhenti dan secara verbal mengkonfirmasi nama pasien, operasi yang akan dilakukan, tempat pembedahan dan posisi dari pasien untuk menghindari salah pasien atau salah tempat operasi. Untuk contoh, perawat sirkuler mengumumkan,”sebelum kita memulai insisi” dan lalu dilanjutkan “apakah semua sepakat bahwa ini adalah pasien X dengan tindakan repair inguinal hernia kanan?”. Anestesis, ahli bedah dan perawat sirkuler harus secara eksplist dan individual menyepakati. Jika pasien tidak disedasi, dia dapat menolong untuk dikonfirmasi dengan hal yang sama.
Apakah antibiotik profilaksis sudah diberikan kurang lebih 60 menit yang lalu?
Berdasarkan bukti yang kuat dan konsensus di seluruh dunia bahwa antibiotik profilaksis melawan infeksi luka yang paling efektif adalah untuk tingkat serum dan atau tingkat jaringan dari antibiotik dapat dicapai, namun tim bedah tidak konsisten tentang pemberian antibiotik antara 1 jam sebelum insisi. Untuk mengurangi resiko infeksi pembedahan, koordinator akan bertanya dengan keras apakah antibiotik sudah diberikan kurang lebih 60 menit sebelumnya. Anggota tim bertanggungjawab untuk memberikan antibiotik-biasanya anestesist-harus memberikan konfirmasi secara verbal. Jika antibiotik profilaksis belum diberikan, harus segera diberikan, sebelum insisi. Jika antibiotik diberikan lebih dari 60 menit sebelumnya, anggota tim harus memberikan dosis ulang untuk pasien. Jika antibiotik profilaksis dirasakan tidak perlu diberikan (contoh kasus tanpa insisi kulit, kasus kontaminasi dimana antibiotik sudah diberikan untuk treatmen) maka boks “tidak aplikabel” dicentang dan tim memverbalkan hal ini.
Antisipasi kejadian kritis
Komunikasi tim yang efektif adalah komponen penting dari operasi yang aman, teamwork yang efektif dan pencegahan dari komplikasi berat. Untuk memastikan komunikasi dari kejadian kritis pasien, koordinator ceklist memimpin diskusi cepat antara ahli bedah, anestesist dan perawat saat bahaya kritis dan rencana operasi. Hal ini dapat dilakukan dengan simpel bertanya pada setiap anggota tim pertanyaan yang spesifik dengan nyaring. Hal yang penting dari diskusi ini adalah setiap disiplin klinik harus menyediakan informasi dan berkomunikasi dengan baik. Selama prosedur rutin atau dengan tim yang sudah familiar, ahli bedah dapat bertanya dengan mudah,”ini adalah kasus rutin dari durasi X” dan menanyakan kepada anestesist dan perawat tentang tindakan yang diperlukan.
Kepada ahli bedah: Apakah kemungkinan kritisnya dan langkah yang tidak rutin? Berapa lama kasus akan terjadi? Bagaimana mengantisipasi kehilangan darah?
Sebuah disskusi dari “kejadian yang tidak diharapkan” bertujuan untuk menginformasikan kepada semua anggota tim setiap langkah yang perlu dilakukan untuk pasien dengan perdarahan yang cepat, cidera atau morbiditas umum lainnya. Hal ini juga menjadi kesempatan untuk mereview langkah yang mungkin memerlukan alat khusus, implants, atau persiapan.
Kepada Anestesist: Apakah pasien memerlukan perhatian khusus?
Pasien yang berisiko untuk mengalami perdarahan yang banyak, hemodinamik tidak stabil atau morbiditas umum yang berhubungan dengan prosedur, tim anestesi harus meriview dengan nyaring rencana yang spesifik dan perhatian untuk resusitasi-secara terpisah, perhatian untuk menggunakan darah dan setiap karakteristik pasien dengan komplikasi atau co-morbiditas (seperti jantung atau penyakit paru, aritmia, gangguaan darah,dll) Hal ini perlu dipahami bahwa banyak operasi tidak boleh meluapakan atau memperhatikan risiko kritis atau perhatian yang harus dibagi dengan tim. Dalam sebuah contoh kasus, anestesist dapat berkata,”saya rasa tidak perlu perhatian khsus pada kasus pasien ini”
Kepada tim perawat: Apakah sterilitas (termasuk hasil indikator) sudah dikonfirmasi? Apakah ada alat yang perlu atau perhatian khusus?
Perawat instrumen atau tehnisi yang melakukan setting ada peralatan untuk setiap kasus harus mengatakan bahwa steriliasi sudah dilakukan dan untuk yang sterilisasi dengan alat, indikator steril sudah diverifikasi dengan baik. Jika ditemukan ketidakcocokan antara yang diharapkan dan kenyataan indikator steril harus dilaporkan kepada semua anggota tim dan diberitahukan sebelum insisi. Hal ini juga adalah kesempatan untuk mendiskusikan setiap masalah yang berhubungan dengan peralatan dan persiapan lain untuk pembedahan atau perhatian khusus untuk keamanan dari perawat sirkuler atau instrument, secara umum dilakukan oleh ahli bedah dan tim anestesi. Jika tidak diperlukan perhatian khusus, perawat scrub atau tehnisi dapat mengatakan,”Sterilitas sudah diverifikasi. Saya rasa tidak perlu perhatian khusus”.
Apakah gambaran yang penting sudah ditunjukkan?
Gambaran penting untuk memastikan rencana dan mengadakan operasi termasuk ortopedi, spinal dan prosedur thoraks dan berbagai reseksi tumor. Sebelum insisi kulit, koordinator harus menanyakan ahli bedah jika gambaran diperlukan untuk kasus tersebut. Jika demikian, koordinator harus mengkonfirmasi secara verbal bahwa gambaran penting ada di kamar operasi dan ditunjukkan untuk digunakan selama operasi. Jika gambaran yang dibutuhkan tidak tersedia, harus dicari. Ahli bedah akan memutuskan apakah akan dilakukan operasi tanpa gambaran jika hal tersebut dibutuhkan naum tidak tersedia.

Pada poin ini jika sudah dilengkapi maka tim bisa melanjutkan proses operasi.

Sebelum pasien meninggalkan kamar operasi
Ceklist keselamatan ini harus dilengkapi sebelum memindahkan pasien dari kamar operasi. Tujuannya untuk memfasilitasi transfer informasi yang penting untuk tim yang bertanggungjawab terhadap pasien setelah pembedahan. Ceklist dapat diinisiasi oleh perawat sirkuler, ahli bedah atau anestesist dan harus dilengkapi sebelum ahli bedah meninggalkan kamar operasi. Hal ini dapat dilakukan bersamaan, contoh bersamaan dengan penutupan luka.

Perawat secara verbal mengkonfirmasi
Nama dan prosedur tindakan
Sejak prosedur mungkin berubah atau berkembang selama tindakan operasi, koordinator ceklist harus mengkonfirmasi dengan ahli bedah dan tim secara pasti apakah tindakan atau prosedur yang sudah dilakukan. Hal ini dapat dilakukan dengan pertanyaan,”apakah tindakan yang dilakukan?” atau dengan konfirmasi,”Kita tadi melakukan prosedur X, benar bukan?”

Kelengkapan dari instrument, kassa dan jumlah jarum
Memelihara instrumen, kassa dan jarum tidak lazim namun secara persisten berpotensial untuk terjadi kesalahan. Perawat instrumen atau perawat sirkuler harus secara verbal megkonfirmasi kelengkapan dari jumlah kassa terakhir dan jumlah jarum. Dalam kasus dengan cavitas yang terbuka, penghitungan instrumen harus dikonfirmasi kelengkapannya. Jika penghitungan tidak dilakukan, dapat diambil langkah yang tepat yang lain (seperti memeriksa linen, sampah dan luka atau jika perlu gambaran radiografi)

Pemberian label pada spesimen (membaca label spesimen dengan keras termasuk nama pasien)
Label yang salah dari spesimen berpotensial mengganggu pasien dan sudah ditunjukkan menjadi sumber yang paling sering dalam kesalahan laboratorium. Sirkulator harus mengkonfirmasi pemberian label yang benar dari spesimen selama prosedur operasi dengan membaca dengan keras nama pasien, gambaran spesimen dan tanda yang lain.

Apakah terdapat masalah di peralatan yang perlu diperhatikan?
Masalah peralatan adalah masalah yang umum di kamar operasi. Mengidentifikasi secara akurat sumber kesalahan dan instrumen atau peralatan yang tidak berfungsi penting untuk mencegah peralatan dipakai lagi ke dalam kamar operasi sebelum diperbaiki. Koordinator harus memastikan bahwa masalah peralatan selama operasi sudah diidentifikasi oleh tim.

Ahli bedah, anestesist dan perawat mereview apa yang perlu diperhatikan untuk recovery dan manajemen pasien
Ahli bedah, anestesist dan perawat harus mereview rencana post-operatif dan manajemennya, berfokus pada selama intraoperasi atau isu anestesi yang mungkin mempengaruhi pasien. Bahkan saat muncul risiko yang spesifik terhadap pasien selama recovery. Tujuan dari langkah ini adalah untuk transfer yang efisien dan tepat terhadap informasi yang kritiss (penting) untuk seluruh tim.

Ini adalah langkah terakhir, WHO ceklisst sudah lengkap. Jika diinginkan, ceklist dapat ditempatkan di rekam medis pasien atau untuk review kualitas pelayanan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar