Rabu, 06 Oktober 2010

FRAKTUR

A. Tinjauan Teoritis

FRAKTUR

a. Definisi Fraktur

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis serta luasnya. Fraktur dapat disebabkan oleh adanya pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan puntir mendadak ataupun kontraksi otot ekstrim. Meskipun patah jaringan sekitarnya juga akan terpengaruh yang dapat mengakibatkan udema jaringan lunak, perdarahan keotot dan sendi, dislokasi sendi, ruptur tendo, kerusakan saraf dan kerusakan pembuluh darah. Organ tubuh dapat mengalami cedera akibat gaya yang disebabkan oleh fraktur atau fragmen tulang.

b. Jenis Fraktur

1. Fraktur Komplet

adalah patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya mengalami pergeseran dari posisi normal

2. Fraktur Tidak komplet

yaitu patah hanya terjadi pada sebagian dari garis tengah tulang

3. Fraktur Tertutup ( simpel)

Yaitu fraktur yang tidak menyebabkan robeknya kulit

4. Fraktur Terbuka (komplikata atau kompleks)

merupakan fraktur dengan luka pada kulit adau membran mukosa sampai ke patahan tulang. Fraktur terbuka dibagi menjadi:

  1. Grade I fengan luka bersih panjangnya kurang dari 1 Cm
  2. Greade II luka lebih luas tanpa kerusaka jaringan lunak yang ekstensif.
  3. Grade III mengalami kerusakan jaringan lunak ekstensi yang sangat terkontaminasi dan merupakan yang paling berat.

Fraktur juga dogolongkan sesuai pergeseran anatomis fragmen tulang: fraktur brgeser atau tidak bergaser. Berikut adalah berbagai jenis kusus fraktur:

â Green stick. Fraktur dimana salah satu sisi tulang patah sedang sisi lainya membengkok.

â Trasfersal. Fraktur sepanjang garis tengah tulang.

â Oblik, fraktur membetuk sudut denga membentuk garis tengah tulang (lebih tidak stabil daibanding transfersal).

â Spiral, fraktur memuntir seputar batang tulang.

â Kominutiv, fraktur dalam tulang pecah menjadi beberapa fragmen.

â Depresi, fraktur dengan fragmen patahn terdorong ke dalam (sering terjadi pada tulang tengkorak dan wajah).

â Kompresi, fraktur dimana tulang mengalami kompresi ( terjadi pada tulang belakang).

â Patologik, fraktur yang terjadi pada daerah tulang berpenyakit (kista tulang, penyakit paget, metstasis tulang, tumor).

â Avolsi, tertariknya fragmen tulang oleh ligamen atau tendo pada perlekatannya.

â Epifiseal, fraktur melalui ipifisis.

â Impaksi, fraktur dimana tulang terdorong ke fragmen tulang lainnya.

c. Manifestasi Klinis

1. Nyeri, terus menerus dan bertambah berat sampai fragme tulang di imobilisasi. Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai alamiah yang dirancang untuk menimbulkan gferakan atar afragmen tulang.

2. Setelah fraktur, bagian-bagian tak dapat digunakan dan cenderung bergerak secara alamiah (gerakan luar biasa). Pergeseran fragmen pada fraktur lengan atau tungkai menyebabkan deformitas (terlihat maupun teraba) ekstimitas yang bisa diketahui adengan membandingkan dengan ekstrimitas normal. Ekstrimitas tak dapat berfungsi denga baik karena fungsi normal otot tergantung pada integritas tulag tempat melengketnya otot.

3. Pada fraktur panjang terjadi pemendeka tulang karena kontraksi otot yang melekat diatas da bawah tempat fraktur.

4. Saat diperiksa dengan tangan teraba derik tulang yang disebut krepitus akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya (uji kreptus dapat berakibat kerusakan jaringan lunak yang lebih berat)

5. Pembegkaan dan perubahan warna lokal pada kulit karena trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini bisa baru terjadi setelahb eberapa jam atau hari.

Tidak semua tanda dan gejala diatas terdapat pada setiap fraktur. Diagnosis fraktur tergantung pada gejala, tanda fisik, dan pemeriksaaan sinar X.

  1. Penatalaksanaan Kedaruratan.

Bila dicurigai adanya fraktur penting untuk mengimobilisasi bagian tubuh segera sebelum pasien dipindahkan bila pasien yang mengalami cidera harus dipindahkan dari kendaraan sebelum dapat dilakukan pembidaian, ekstrimitas harus disangga diatas dan di bawah tempat fraktur untuk mencegah gerakan rotasi/angulasi. Gerakan frgmen patahan tulang dapat menyebabkan nyeri, kerusakan jaringan lunak, dan perdarahan lebih lanjut. Nyeri dapt dikurangi dengan menghindari gerakan fragmnen tulang dan sendi sekitar fraktur. Pembidaian sangat penting untuk mencegah kerusakan jaringan lunak oleh fragmen tulang.

Imobilisasi tulang panjang ekstrimitas bawah juga dapat dilakkan dengan membebat kedua tungkai bersama, dengan ekstrimitas yang sehat sebagai bidai bagi ekstrimitas yang cidera.

Pada ekstrimitas atas lengan dapat dibebatkan pada dada atau lengan bawah yang cidera digantung pada sling. Pada fraktur terbuka luka ditutup dengan pembalut erdih atau steril untuk mencegah kontaminasi jaringan yang lebih dalam, jangan sekali-kali melakukan reduksi fraktur bahkan jika ada fragmen tulang melalui luka.

e. Prinsip Penanganan Reduksi Fraktur

1. Reduksi fraktur, mengembalikan fragmen tulang pada kesejajarannya dan rotasi anatomis. Reduksi tertutup, fraksi, atau reduksi terbuka dapat dilakukan untuk mereduksi fraktur. Metode yang dipilih tergantung pada sifat fraktur tapi prinsip yang mendasari sama. Sebelu reduksi dan imobilisasi fraktur pasien harus dipersiapkan: ijin melakukan prosedur, analgetik sesuai ketentuan, dan persetujuan anestasi.

Reduksi tertutup dilakukan dengan mengembalikan fragmen tulang ke posisiya dengan manipulasi dan trksi manual.

2. Traksi , digunakan utuk mendapatkan efek reduksi dan imobilisasi yang disesuaikan denganspsme otot yang terjadi.

3. Reduksi terbuka, alat fiksasi internal dalam bentuk pin, kawat, sekrup, plat, paku, atau batangan logam dapat digunakan untuk mempertahankan fragmen tulang dalam posisinya.

4. Imobilisasi Fraktur, setelah direduksi fragmen tulang harus di imobilisasi dan dipertahankan dalam posisi dan kesejajaran yang benar sampai terjadi penyatuan. Imobilisasi dapat dilakukan dengan fiksasi eksternal (gips,pembalutan, bidai, traksi kontinyu, pin dan teknik gips atau fiksator eksternal) dan interna ( implant logam ).

5. Mempertahankan dan mengembalikan fungsi, segala upaya diarahkan pada penyembuhan tulang dan jaringan lunak. Reduksi dam imoblisasi harus dipertahankan sesuai kebutuhan. Status neuroveskuler ( mis. Pengkajian peredaran darah, nyeri, perabaan, gerakan) dipantau dan ahli bedah ortopedi dibri tahu segera bila ada tanda gangguan neurovaskuler. Kegelisahan , ansietas dan ketidaknyamanan dikontrol dengan berbagai pendekatan. Latihan isometrik dan setting otot diusahaka untuk meminimalkan atrifi disuse dan meningkatkan peredaran darah. Pengembalian brtahap pada aktifitas swemula diusahakan sesuai dengan batasan terapeutik.

6. Faktor yang mempengaruhi penyembuhan fraktur.

â Imoblisasi fragmen tulang

â Kontak fragmen tulang maksimal

â Asupan darah yang memadai

â Utrisi yangbaik

â Latihan pembebanan untuk tulang panjang

â Hormon-hormonn pertumbuhan , tiroid, kaisitonon, vitamin D, steroid dan anabolik

â Potensial listrik pada patahan tulang

7. Faktor yang menghambat penyembuhan tulang

â Trauma lokal ekstensif

â Kehilangan tulang

â Imoblisasi tak memadai

â Rongga atau ajaringan diantara fragmen tulang

â Infeksi

â Keganasan lokal

â Penyakit tulang metabolik (paget)

â Tadiasi tulang (nekrosis radiasi)

â Nekrosis evakuler

â Fraktur intraartikuler (cairan senovial mengandung fibrolisin, yang akan melisis bekuan darah awal dan memperlambat pertumbuhan jendalan)

â Usia (lansia sembuh lebih lama)

â Kartikusteroid (menghambat kecepata perbaikan

f. Perawatan Pasien Fraktur tertutup

Pasien dengan fraktur tertutup harus diusahan untuk kembali kepada aktifitas biasa sesegera mungkin. Penyembuhan fraktur dan pengembalian kekuatan penuh dan mobilitas memerlukan waktu berbulan-bulan. Pasien diajari mengontrol pembengkaa dan nyeri, mereka diorong untuk aktif dalam batas imoblisasi fraktur . pengajaran pasien meliputi perawatan diri, informasi obat-obatan, pemantauan kemungkinan potensial masalah, sdan perlunya supervisi perawatan kesehatan.

g. Perawatan Pasien Fraktur Terbuka

Pada fraktur terbuka (yang berhubungan luka terbuka memanjang sampai ke permukaan kulit dan ke daerah cedera tulang) terdapat resiko infeksi-osteomielitis, gas gangren, dan tetanus. Tujuan penanganan adalah untuk meminimalkan kemungkina infeksi luka , jaringan lunak da tulang untuk mempercepat penyembuhan jaringan lunak dan tulang. Pasien dibawa ke ruang operasi, dilakukan usapan luka, pengangkatan fragmen tulang mati atau mungkin graft tulang.

h. Komplikasi Fraktur

a. Komplikasi awal

Komplikasi awal setelah fraktur adalah :

- syok , yang bisa berakibat fatal setelah beberapa jam setelah cidera;

- emboli lemak;

- dan sindrom kompartemen yang bisa berakibat kehilangan fungsi ekstimitas permanen jika tidak segera ditangani.

Komplikasi awal lainya yang berhubungan dengan fraktur adalah infeksi, tromboemboli, (emboli paru), dan juga koagulapati intravaskuler diseminata (KID)

  1. Komp1ikasi lambat

Komplikasi lambat yang dapat terjadi setelah fraktur dan dilakukan tindakan adalah :

- Penyatuan terlambat atau tidak ada penyatuan dapat dibantu dengan Stimulasi elektrik osteogenesis karena dapat mamodifikasi lingkungan jaringan membuat bersifat elektronegatif sehingga meningkatkan deposisi mineral dan pembentukan tulang.

- Nekrosis evaskuler tulang terjadi bila tulang kehilangan asupan darah dan mati.

- Reaksi terhadap alat fiksasi internal.

i. Fraktur Tibia Dan Fibula.

Fraktur bawah lutut yang paling sering adalah fraktur tibia dan fi bula yang terjadi akibat pukulan langsung, jatuh dengan kaki dalam posisi fleksi, dan gerakan memuntir yang keras. Fraktur kedua tulasng ini sering terjadi dalam kaitan satu sama lain. Pasien datang dengan nyeri, deformitas, hematome yang jelas dan udema berat. Fraktur ini sering melibatkan kerusakan jaringan lunak berat karena jaringan subkutis di daerah ini sangat tipis.

Jika funfsi saraf peroneus terganggu pasien tak mampu menggerakkan gerakan dorsofleksi ibu jari kaki dan mengalami gangguan sensasi pada sela jari pertama dan kedua. Kerusakan arteri tibialis dikaji dengan menguji respon pengisian kapiler. Pantauan terhadap kompartemen sindrome anterior perlu dengan melihat adanya nyeri yang tak berkurang dengan obat dan bertambah berat bila melakukan fleksi plantar, tegang, nyeri tekan otot di sebelah lateral krista tibia dan parestesia. Fraktur dekat sendi dapat akibatkan komplikasi hemartrosis dan kerusakan ligamen.

Penanganan.

Fraktur tibia tertutup ditangani dengan reduksi tertutup dan immobilisasi awal dengan gips sepanjang tungkai jalan atau patellar tendon bearing. Resuksi harus akurat dari sisi rotasi dan koagulasi. Jika reduksi sulit perlu dipasang pin perkutaneus dan dipertahankan posisinya dalam gips atau fiksasi eksterna.

Pembebanan berat badan parsial diperbolehkan setelah 7-10 hari. Aktifitas akan mengurangi edema dan meningkatkan peredaran darah. Gips diganti dengan gips tungkai bawah atau brace dalam waktu 3-4 minggu yang memungkinkan gerakan lutut. Penyembuhan fraktur memerlukan waktu 6-10 minggu.

Fraktur kominutif terbuka dengan traksi skelet, fiksasi interna dengan batang, plat, atau nail atau fiksasi eksterna. Latihan kaki dan lutut didorong dalam batas alat imobilisasi. Pembebanan berat badan parsial sekitar 4-6 minggu.

Untuk mengurangi udema tungkai ditinggikan , diperlukan evaluasi neurovaskuler berkesinambungan. Adanya kemungkinan kompartemen sindrome perlu dideteksi segera dan ditangani untuk mencegah defisit fungsional tetap.

  1. ASUHAN KEPERAWATAN

PENGKAJIAN

Pengkajian yang perlu dilakukan pada pasien dengan fraktur adalah :

  1. Keadaan Umum klien
  2. Keluhan utama yang dirasakan klien
  3. Gejala klinik dengan pemeriksaan :
    1. penglihatan
    2. perabaan
    3. Gerakan
  4. Pemeriksaan penunjang Rongten, ataupun CT Scan.

Adapun hal – hal yang perlu diperhatikan pada pasien fraktur adalah :

    1. Kapan mulai di perbolehkan bergerak ?
    2. Bagaimana gerakan yang dianjurkan dan pembatasannya ?

Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada pasien dengan fraktur adalah :

  1. Nyeri akut
  2. Kerusakan integritas jaringan
  3. Kerusakan mobilitas fisik
  4. Deficit self care
  5. Resiko infeksi